Cerita Dua Batu Bata

Benediktus Hartanto
3 min readFeb 17, 2021

--

Source : wallpapertip

Beberapa hari ini saya teringat terus dengan cerita Dua Batu Bata dari Ajahn Brahm yang ada di bukunya yaitu Cacing dan Kotoran Kesayangannya.

Ceritanya dimulai dari Ajahn Brahm dan beberapa biksu lainnya harus membangun Vihara. Karena mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk menggunakan jasa pekerja yang handal dalam pembangunan, maka mereka harus mengerjakan semuanya sendiri.

Di dalam buku tersebut diceritakan bagaimana mereka beranggapan bahwa membuat tembok dengan batu bata adalah sangat mudah, yaitu tinggal tuangkan semen, susun batu batanya, lalu di ketok-ketok sedikit, dan jadilah sebuah tembok. Lalu mulailah mereka menyusun batu bata tersebut, dan ternyata faktanya tidak segampang itu. Membangun sebuah tembok yang rapih dan rata bukanlah hal yang mudah.

Source : wallpaperflare

Akan tetapi sebagai seorang Biksu yang telah melatih tentang kesabaran dan waktu. Mereka tetap melanjutkan dan bekerja keras untuk memastikan setiap batu bata terpasang sempurna, tak peduli berapa lama jadinya. Hingga pada akhirnya selesai juga tembok batu bata pertama. Setelah itu, saat Ajahn Brahm sedang mengagumi karyanya, dia menemukan bahwa dia telah keliru menyusun dua buah batu bata. Semua batu bata lain sudah rapih dan lurus, tetapi ada dua buah batu bata yang tampak miring, terlihat jelek sekali dan merusak pandangan di keseluruhan tembok.

Hal itu membuat Ajahn Brahm sungguh kecewa, tapi semennya sudah terlanjur terlalu keras untuk mencabut dua batu bata itu. Jadi dia bertanya kepada kepala Vihara “Apakah saya boleh membongkar tembok itu lalu membangun kembali tembok yang baru?” Dia telah membuat kesalahan dan dia menjadi kecewa. Kepala Vihara bilang, “Tidak perlu, biarkan saja temboknya seperti itu.”

Source : Pinterest

Beberapa hari setelah Vihara setengah jadi, Ajahn Brahm bertugas membawa tamu yang sedang mengunjungi Vihara tersebut. Pada saat berkeliling, Ajahn Brahm selalu berusaha menghindari supaya para tamu tersebut tidak melewati tembok bata yang tidak sempurna yang dia buat. Akan tetapi pada suatu hari, ada seorang pengunjung yang melihat tembok tersebut dan berkomentar.

“Ini sebuah tembok yang indah”.

Dan Ajahn Brahm menjawab pengunjung itu dengan terkejut,

“Mohon maaf sebelumnya, Apakah kacamata Anda tertinggal di mobil? Apakah pengelihatan Anda sedang terganggu? Tidakkah Anda melihat ada dua batu bata jelek yang merusak keseluruhan tembok ini?”

Si pengunjung berkata,

“Ya, saya dapat melihat dua bata jelek itu, tetapi saya juga dapat melihat 998 batu bata yang bagus.”

Ajahn Brahm kemudian bercerita bahwa untuk pertama kalinya dalam waktu lebih dari tiga bulan, dia mampu melihat batu bata lainnya selain dua buah bata jelek itu. Di sebelah atas, di bawah, sebelah kanan, dan kiri dari dua batu bata jelek itu adalah batu bata yang terpasang dengan bagus, batu bata yang sempurna, dan jauh lebih banyak daripada dua batu bata jelek itu.

Source : Arsitag

Ajahn Brahm berkata,

“Sebelumnya mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah saya perbuat. itulah sebabnya saya tak tahan melihat tembok itu, atau tak rela membiarkan orang lain melihatnya juga, itulah sebabnya saya ingin menghancurkannya. Sekarang saya dapat melihat batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tak terlalu buruk lagi. Tembok itu menjadi seperti yang dikatakan si pengunjung, sebuah tembok yang indah. Tembok itu masih tetap berdiri sampai sekarang, setelah dua puluh tahun, tetapi saya sudah lupa persisnya di mana dua bata jelek itu berada. Saya benar-benar tak dapat melihat kesalahan itu lagi.”

Dari cerita ini kita mendapatkan pesan penting yaitu :

Kita semua memiliki “dua batu bata jelek”, tetapi batu bata yang baik dalam diri kita masing-masing, jauh lebih banyak daripada yang jelek. Begitu kita bisa melihatnya, semua akan tampak tak begitu buruk lagi. Bukan hanya kita dapat berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita, tetapi kita juga dapat menikmati hidup.

--

--

No responses yet